“… Wahai sekalian manusia, kalian telah sepakat memilihku sebagai khalifah untuk memimpinmu. Aku ini bukanlah yang terbaik di antara kalian, maka bila aku berlaku baik dalam melaksanakan tugasku, bantulah aku, tetapi bila aku bertindak salah, betulkanlah aku. Berlaku jujur adalah amanah, berlaku bohong adalah khianat. Siapa saja yang lemah diantaramu akan kuat bagiku sampai aku dapat mengembalikan hak-haknya, insyaallah. Siapa yang kuat diantaramu akan lemah berhadapan denganku sampai aku kembalikan hak orang lain yang dipegangnya, insyaallah. Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Apabila aku tidak taat lagi kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajibanmu untuk taak kepadaku.”

Dalam ajaran Jawa, tugas pemimpin adalah memayu hayuning bawana. Yakni mewujudkan kesejahteraan, keadilan, dan kemakmuran bagi rakyat yang dipimpinnya. Standar kearifan seorang pemimpin tercermin dalam pancasetya. Yaitu yang pertama Setya Budaya, yang artinya pemimpin harus menaati dan menghormati budaya. Disinilah kemampuan seorang pemimpin diuji dalam mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal. Kedua, Setya Wacana, yang artinya seorang pemimpin harus memegang teguh ucapan. Dia mampu menunjukkan kepada masyarakat kesatuan antara apa yang dia ucapkan dengan apa yang dia lakukan. Ketiga, Setya Semana, yaitu seorang pemimpin harus menepati janji. Apa yang dikatakan itulah yang akan dilaksanakan. Keempat, Satya Laksanam, yaitu seorang pemimpin harus bertanggungjawab atas semua yang diucapkan dan dilakukannya. Kelima, Satya Mitra, yang artinya seorang pemimpin harus mampu memelihara persahabatan, membangun dan mendayagunakan sahabat sebagai mitra kerja produktif yang mampu meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya.

About irfanzidni15

Spirit....Semangat....Bismillahirrahmanirrahim..

Leave a comment